Sunday, September 26, 2010

Darah Tercecer

Duarrrrrrrrr

Dentuman meriam pecah seiring dengan lengkingan suaramu
Menjerit
Darah mengucur bagaikan hujan
Langit kelam
Halilintar merobek indahnya sinar bulan

Dagingmu hitam terpanggang
Serpihan meriam telah mecopoti jari-jarimu
hingga terberai dimakan tikus curut

Purdah yang menutupi tubuh sucimu tak lagi berbentuk
bahkan harum zaitun dari tubuhmu telah berubah
jadi bau anyir, bau kematian

Seonggok tubuh mungil yang baru menghirup panasnya udara dunia sebulan lalu masih dalam dekapanmu
Dia diam
Tak menjerit
Tak berteriak
Tak juga merintih

Selimut yang membalut tubuh merah bayi itu terkoyak
Membuyarkan separuh lengan mungilnya
Dan potongan lengannya terlempar di ujung kamar sempit yang telah poranda

Tak ada air mata keluar
Badanmu hanya menggigil menahan perih dan kesakitan di sekujur tubuh

Duarr....

Bunyi meriam terdengar lagi
Dan tubuhmu bagaikan kambing yang disembelih saat lebaran idul Adha
Mengejang...
Bergetar..
Melotot..
Mata, hidung, mulut, dan telingamu memuntahkan darah segar
dan....
Dengan sisa nyawa kau mencoba mendekap tubuh anakmu
Sebelum akhirnya malaikat benar-benar mencabut nyawamu
Mengantarkanmu berkumpul dengan anak dan suamimu

Selamat jalan perempuan Palestinaku

No comments: